Kamis, 11 Desember 2014

MUFFIN WILTON


Bismillahhirrahmaanirrahiim


Ini kali pertama bikin muffin. Gegara mamae udah kehabisan ide membuat bekal snack yang bisa di bawa kaka Ariq ke sekolah. Oh iya kaka Ariq sekarang sudah kelas 1 SD, pulang sekolahnya sudah lebih lama yaitu jam 1 siang. Ada 2 kali istirahat, jam 9.30 istirahat sholat dhuha, jam segitu biasanya kaka Ariq makan cemilan ringan seperti biskuit, wafer dan minum susu. Nah pas istirahat jam 11.30, istirahat makan siang sebelum sholat dzuhur, kaka Ariq tetap ngga mau makan siang. Beberapa kali mamae bawa-in nasi, sayur dan lauk, ternyata hanya dimakan sedikit sekali. Ditawarin untuk ikut katering di sekolah, kaka Ariq tetep ngga mau.

Akhirnya untuk menyiasatinya, biasanya mamae membawakan bekal agak berat. Seperti roti isi, donat dan koko crunch plus susu. Setelah pulang sekolah baru makan siang di rumah.

Resep muffin ini udah lama mamae simpan, hasil googling di internet. Dan, Alhamdulillah setelah di eksekusi resep muffin ini, kaka Ariq, Danish dan papae sangat menyukainya. Kaka Ariq langsung habis 2, dapat pujian pula dari papae. Katanya enak banget kayak muffin yang pernah di makan papae di sebuah cafe (ngga usah sebut nama karena cafe ini walau sudah halal MUI tapi kami sedang boikot karena keberpihakannya terhadap Israel).

Oh iya sebagian muffin ini juga mamae bawa pas ngaji tahsin, komentar teman-teman pengajian, “Muffinnya enak banget”. Alhamdulillah.

Resepnya mamae ambil dari: https://dapurelkaje.wordpress.com/2007/03/20/muffin-wilton/comment-page-3/#comment-10568 mamae copas ya, karena mamae plek pake resep ini ngga ada yang diganti


Ingredients:
Sumber: Ruri
Resep asli: Ibu Dinie Kursus Wilton, Fatmawati Jakarta.
Bahan:
350 gr tepung terigu
25 gr susu bubuk (aslinya gak ada)
180 gr Margarine+50 gr butter (aslinya 230 butter)
110 cc air
4 butir telur ukuran M (200 gr telur isi saja)
300 gr gula pasir (kalau mau cheese muffin atau daging asap atau muffin yang rada gurih, 200 gr aja)
1 sdm vanili ekstrak
8 gr baking powder
50 gr bahan tambahan sesuka hati (misalnya coklat chip ato keju dipotong dadu)
, oh iya karena ngga punya coklat chip, mamae pake coklat blok yang mamae potong kotak kotak kecil.

Directions:
Cara membuat:
1. Rebus butter, air dan gula sambil mendidih dan gula larut
2, Masukkan tepung dan susu bubuk kedalam bowl mixer, tuangkan perlahan bahan campuran butter panas-panas lalu dimixer dengan kecepatan sedang sampai hangat.
3. Masukkan vanilla
4. Masukkan telur satu persatu
5. Masukkan baking powder, kocok sampai cukup rata
6. Masukkan bahan tambahan (choco chips/kacang/keju/buah dll)
7. Masukkan adonan kedalam piping bag, potong ujungnya
8. Semprotkan kedalam cetakan muffin sampai penuh taburi atasnya dengan sisa bahan tambahan
9. Oven dengan suhu 200° ± 20 menit

 

Selamat mencoba.

Minggu, 16 November 2014

CUP CAKE CANTIK


Bismillahirrahmaanirrahiim


JUS MANGGA

Bismillahirrahmaanirrahiim


Alhamdulillah, sudah musim mangga lagi. Jadi, pekerjaan tambahan buat papae, memastikan stok mangga di rumah selalu ada. Mamae suka banget sama mangga khususnya mangga harum manis. Ok kali ini, bikin jus mangga unutk sarapan ya

Sabtu, 08 November 2014

AGAR NASEHAT UNTUK ANAK BEKERJA DAHSYAT BAG. 2 (UST. BUDI ASHARI)

Agar Nasehat Untuk Anak Bekerja Dahsyat (2)
(Belajar dari Luqman)
Ditulis oleh: Ustadz Budi Ashari, LC
 
Kembali tentang nasehat Luqman. Belajar darinya. Kita sering kali langsung masuk ke dalam isi nasehat yang berharga itu. Tetapi sesungguhnya ayat memulai dengan kunci penting tentang pendidikan anak. Sebelum bicara tentang isi nasehat. Dari sekian banyak interaksi orang tua dengan anaknya bisa berupa bicara, memandang, senyum, menyentuh, mengusap, dan sebagainya. Nasehat Luqman menunjukkan mana yang paling istimewa. Dari sekian interaksi antara orang tua dan anaknya, yang paling istimewa untuk pendidikan anak adalah maudizhah(يعظه)/nasehat dengan lisan.
Maka bicaralah kepada anak dengan cara menasehati. Nasehat bukanlah sekadar kata perintah dan larangan. Ia bisa berisi perintah dan larangan seperti nasehat Luqman sendiri. Tetapi perintah dan larangan yang kaya dengan rasa dan ruh.
Kita harus membedakan antara nasehat dan marah. Nasehat dan hanya instruksi. Nasehat dan serba larangan. Nasehat dan membongkar aib. Walau nasehat bisa berisi perintah, larangan dan membenahi aib.
Keberhasilan Luqman mengubah anaknya menjadi baik, karena yang keluar dari lisannya adalah nasehat. Kalimat (وهو يعظه/dan dia sedang menasehatinya) terletak setelah Allah menyebutkan (ولقد آتينا لقمان الحكمة/Sungguh telah Kami berikan kepada Luqman Al Hikmah).
Sekali lagi, inilah rahasia kesuksesan kalimat-kalimat Luqman untuk anaknya. Nasehat Luqman berawal dari Al Hikmah yang dianugerahkan kepadanya.
Ibnu Mushtafa (w: 1306 H) berkata tentang hikmah: Lisan yang berucap kebenaran, fisik yang mampu mengingkari dan anggota tubuh yang bergerak. Jika bicara, bicara dengan hikmah. Jika berpikir, berpikir dengan hikmah. Jika bergerak, bergerak dengan hikmah. (Lihat Al Qiyam At Tarbawiyyah Al Mutadhamminah fi Surati Luqman, Abdul Aziz Abdul Muhsin Muhammad)
Untuk lebih jelas memahami bagaimana Luqman sebagai seorang ayah, Ibnu Katsir meriwayatkan dari Abu Darda’ radhiallahu anhu yang menyampaikan tentang Luqman,
“Ia tidak diberi seperti yang lain. Tidak keluarga, tidak harta, tidak keluarga terpandang dan tidak modal kebesaran. Tetapi ia adalah orang yang tegas, pendiam, panjang berpikirnya, dalam analisanya.....ia tidak mengulangi kalimatnya kecuali dengan kalimat yang mengandung hikmah yang akan diulangi oleh orang lain.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menafsirkan Al Hikmah dengan: pemahaman, ilmu dan cara menyampaikan. Kalimat-kalimat Luqman gabungan dari ketiganya. Pemahaman yang dalam, ilmu yang mumpuni dan cara menyampaikan yang tegas, lembut tetapi penuh perenungan.
Dan begitulah seharusnya kita menjadi orangtua. Jika ingin nasehat bekerja dahsyat pada anak-anak kita, maka jadilah orangtua yang memiliki Al Hikmah. Al Hikmah ini adalah anugerah Allah seperti dalam ayat tentang Luqman tersebut, hasil dari kesholihannya. Maka kesholihan orang tua akan menuntun lisannya untuk mengucapkan hikmah. Mendekat kepada Allah memastikan lisan, hati dan perbuatan akan ditaburi dengan hikmah. Yang keluar dari lisannya bukan sumpah serapah, hanya kata perintah atau serba larangan. Bukan juga lisan yang hanya mengalirkan sumbatan amarah di hati. Tetapi lisan yang menyampaikan ilmu baik yang tersimpan di akal, kelembutan rasa, dan kedalaman ruh yang ada di hati. Lisan yang menyampaikan dengan bahasa lugas bahkan tegas tetapi bertabur kelembutan bahkan keindahan.
 
Jangan Kalah dari Iblis
Iblis adalah musuh nyata anak cucu Adam. Korbannya, bapak manusia itu berikut istrinya. Bagaimana Adam dan istrinya bisa tertipu oleh Iblis, padahal keduanya telah diberi panduan dan peringatan langsung oleh Allah yang memberi keduanya kenikmatan surgawi.
Inilah kunci ‘keberhasilan’ Iblis,
وقاسمها إني لكما لمن الناصحين
Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua" (QS. Al A’raf: 21)
Iblis yang jelas-jelas musuh mencoba mendekat dengan meyakinkan bahwa dirinya bukanlah musuh. Tetapi pemberi nasehat. Dia hadir bak pahlawan yang membawa kasih sayang dengan untaian kalimat penuh makna.
Bahkan Iblis bersumpah untuk semakin meyakinkan itu. Bahwa ia benar-benar tulus untuk menasehati. Ia bersumpah tidak akan mencelakai tetapi akan menolong dan menunjuki sebuah rahasia kebesaran dan kebahagiaan.
Kalimat jahat Iblis berbungkus nasehat, mampu mengubah. Mengubah kebenaran yang ditunjukkan Allah kepada Adam agar jangan mendekati pohon yang ditunjuk agar tidak menjadi orang yang dzalim. Inilah kalimat Iblis yang mampu menggoyahkan Adam dan istri,
وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ
Dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)". (Qs. Al A’raf: 20)
Kalimatnya jelas, baik, lugas dan menyampaikan sebuah kebaikan dan kebesaran. Tawaran kebesaran dan kebahagiaan Iblis inilah yang mampu membuat Adam lupa akan larangan Rabb nya.
Mengapa kalimat Iblis efektif?
Karena disampaikan dengan cara menasehati.
Bukan sekadar memerintah untuk melanggar: Dekati saja pohon itu!
Tidak juga dengan memarahi: Mengapa kamu mau menjadi orang bodoh yang mau dilarang-larang!
Tidak menampakkan permusuhan walau ia musuh. Tetapi menampakkan diri sebagai orang dekat yang mengasihi.
Dengarkan sekali lagi kalimat Iblis yang ‘menasehati’,
"Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".
Kini, tahukah kita mengapa Iblis ‘berhasil’ mengubah?
Cara Iblis ini selalu menjadi jalan yang ditempuh oleh para pelaku kejahatan dan kerusakan untuk merayu korbannya. Mereka tidak datang dengan wajah menyeramkan dengan aroma busuknya. Tetapi hadir sebagai penolong, pengasih yang berucap dengan kalimat penuh makna, lembut, empati dan menyampaikan jalan kebesaran serta menawarkan kebahagiaan yang lebih besar.
Begitulah,
Para orang tua jangan kalah dari Iblis
Dan
Belajarlah dari Luqman, bahwa kalimat harus nasehat.

AGAR NASEHAT UNTUK ANAK BEKERJA DAHSYAT (UST. BUDI ASHARI)

Bismillahirrahmaanirrahiim

Tulisan ini di tulis oleh ustadz Budi Ashari, LC. Saya membacanya sangat perlahan 'biar ngga gagal fokus' dan berulang kali. Fenomena anak yang susah dinasehati, banyak di keluhkan para orangtua jaman sekarang. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita menjadi orangtua yang memiliki hikmah dan pandai bersyukur. Aamiin.

Linknya:

Agar Nasehat Untuk Anak Bekerja Dahsyat
Bagian 1
(Belajar dari Luqman)
 
Mengajari seorang anak dengan target tertentu bisa menggunakan banyak cara. Bisa dengan menasehati, menceramahi, menegur dengan lisan atau perbuatan, menghukum, dan sebagainya.
Luqman adalah potret penting dalam Al Quran yang digambarkan sebagai sosok penuh ilmu dan hikmah. Nasehatnya sebagai ayah kepada anaknya adalah satu-satunya yang diabadikan dalam Al Quran. Dari sekian banyak nasehat yang bertebaran untuk mendidik anak, ternyata hanya nasehat manusia biasa ini yang diabadikan, maka tentu ia mempunyai nilai istimewa.
Tentu, salah satu tolok ukur keistimewaannya adalah ketika rangkaian kalimat Luqman ini berhasil mengubah anaknya.
Bukankah hari ini banyak orangtua yang mengeluh tentang kalimat-kalimatnya yang nyaris tidak bekerja pada anaknya? Mereka merasa telah banyak menasehati tetapi mengapa tidak ada yang sekadar singgah di hati anaknya. Apatah lagi mengubah mereka untuk lebih baik.
Di sinilah seharusnya kita semua belajar kepada Luqman dalam rangkaian kalimatnya. Karena sekali lagi, nasehat Luqman adalah nasehat yang mampu mengubah.
Jumhurahli tafsir berkata: Sesungguhnya anak Luqman dulunya musyrik. Luqman terus menasehatinya hingga ia beriman hanya kepada Allah saja.
Bisa jadi anak Luqman dahulunya beragama dengan agama masyarakatnya di Sudan. Ketika Allah memberikan kepada Luqman Al Hikmah dan Tauhid, anaknya tidak mau mengikutinya. Maka Luqman terus menasehatinya, hingga ia mau mengikuti tauhid. (Ibnu Asyur dalam At Tahrir Wat Tanwir)
Di mana rahasianya?
Mari kita perhatikan kalimat-kalimat ayat sebelum isi nasehat disampaikan, karena di situ kuncinya,
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (12)
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13)
(12) Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
(13) Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(Qs. Luqman)
Inilah dua ayat yang mengawali nasehat-nasehat Luqman. Ada dua pelajaran penting yang harus dilakukan orangtua, jika ingin nasehatnya memiliki dampak dahsyat pada anaknya.
1.    Orangtua memiliki hikmah dan pandai bersyukur
2.    Menasehati dengan nasehat yang sesungguhnya
Tulisan ini membahas poin yang pertama. Poin pertama ini ada dua hal:
Pertama, Hikmah
Kedua, Syukur
Kedua hal ini harus dimiliki orangtua sebelum menasehati anaknya. Ingat, sebelum menasehati anaknya!
Tapi apa itu hikmah?
Ibnu Katsir –rahimahullah- menjelaskan,
“Pemahaman, Ilmu dan kalimat bertutur.”
Siapapun yang menalaah kalimat-kalimat Luqman kepada anaknya, bisa mengetahui bahwa Luqman mempunyai ketiganya dengan sangat baik dan mendalam. Karenanya Luqman mempunyai modal besar untuk nasehatnya bekerja dengan dahsyat pada anaknya, hingga sang anak berubah menjadi manusia betauhid.
Pemahaman. Inilah pentingnya orangtua menjadi orang yang terus belajar dan mengasah otaknya agar memiliki pemahaman yang baik terhadap segala permasalahan. Sayangnya, kecerdasan orangtua hari ini hanya dibayangkan untuk pekerjaannya. Tidak untuk anak-anaknya. Karenanya, banyak para wanita yang merasa gagal ketika sekolah sampai jenjang tinggi tetapi ‘hanya’ mengasuh anak di rumah. Hingga muncul kalimat di masyarakat: buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya hanya di rumah.
Kini, dengan pembahasan ini kita paham di mana letak kegagalan rumah tangga. Mereka tidak memperlakukan keluarganya seperti memperlakukan pekerjaannya. Maksimal di pekerjaan, tetapi sekadarnya di rumah. Tampil paling cerdas dengan pemahaman istimewa di pekerjaannya, tetapi hilang logika dan kecerdasannya untuk mengasuh anak-anak.
Ilmu. Dengan pemahamanlah ilmu bisa terus berputar dan menghasilkan. Pemahaman dan ilmu saling menopang. Ilmu perlu pemahaman yang baik dan pemahaman bisa terus terasah jika berilmu terus menerus dengan baik. Semua ilmu yang baik, pasti dan harus bermanfaat untuk mendidik anak.
Jangan merasa rugi berilmu tinggi dalam rangka mendidik anak. Jangan bakhil belajar ilmu untuk mendidik anak.
Karena tanpa ilmu, kita merasa telah menasehati, padahal tengah membongkar aib anak. Tanpa ilmu kita merasa telah menyayangi, padahal tengah menuruti syahwat anak. Tanpa ilmu kita merasa telah mendidik dengan baik dan benar, padahal tengah lari dari tanggung jawab sebagai orang tua. Tanpa ilmu kita merasa telah menjadi orang tua yang sesungguhnya, padahal kita belum bergeser dari tempat kita duduk sebagai orang tanpa ilmu yang tak pantas menjadi ayah dan ibu untuk anak-anak peradaban.
Kalimat bertutur. Ini berhubungan dengan bahasa dan cara mengungkapkan. Lihatlah sekali lagi. Alangkah pentingnya kecerdasan berbahasa bagi orang tua. Sayang sekali, ketika kemampuan berbahasa yang baik, benar dan santun hanya untuk klien pekerjaan saja. Tetapi semua kaidah bahasa itu tiba-tiba menjadi berantakan ketika bertemu anak-anak.
Orang tua harus menguasai benar cara mengungkapkan dan menyampaikan sesuatu. Dengan bahasa yang biasa digunakan untuk berkomunikasi di rumahnya. Jika harus dengan Bahasa Indonesia, maka berbahasa Indonesia lah yang benar dan baik. Jika dengan bahasa daerah, maka berbahasa daerahlah yang baik dan benar. Jika dengan bahasa lain, pun demikian. Cara bertutur, dalam bahasa kita tak hanya masalah kaidah, tetapi juga masalah intonasi. Kita harus paham, tema apa yang akan disampaikan dengan pilihan kata dan dengan intonasi seperti apa. Begitu seterusnya, kemampuan bahasa harus dimiliki oleh para orangtua agar nasehat bisa bekerja baik dalam kehidupan anak-anak.
Contoh aplikatif. Jika orangtua ingin menanamkan tentang kejujuran. Maka orangtua harus menguasai benar tentang tema kejujuran ini. Memahaminya dengan baik dari berbagai sisinya dengan ilmu. Bukan hanya definisi jujur. Tetapi berikut segala hal yang mungkin terjadi setelah orangtua menyampaikan dengan tutur bahasa yang baik dan benar. Contoh, ketika suatu hari anak menyampaikan dengan kejujurannya tentang keinginannya untuk melakukan sebuah dosa. Atau terbukti bahwa ia tidak jujur tetapi karena tekanan yang dialaminya. Semua ini memerlukan pemahaman, ilmu dan cara bertutur yang baik dan benar. Sehingga tidak salah dalam bersikap.
Itulah yang dikuasai Luqman sebelum memulai nasehatnya. Hal ini bisa dipahami dari kata (وإذ قال لقمان)huruf waw di awal ayat ini mengaitkan dengan kalimat di ayat sebelumnya. Sehingga maknanya adalah: Dan Kami telah memberikan kepada Luqman Al Hikmah, ketika itulah ia berkata kepada anaknya.
Hal ini menunjukkan bahwa Luqman mulai berkata kepada anaknya dalam rangka menasehati, setelah ia diberi Allah Al Hikmah. (Lihat tafsir At Tahrir Wat Tanwir)
Jika orang tua memiliki Al Hikmah dalam mendidik anak, maka sungguh ia telah mendapatkan anugerah sangat amat besar dalam hidupnya. Karenanya, kata setelahnya bagi Luqman adalah perintah kepadanya untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat tersebut.
Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata,
“Kami perintahkan untuk bersyukur kepada Allah azza wajalla atas pemberian dan anugerah Allah berupa keutamaan yang khusus diberikan kepadanya dan tidak diberikan kepada anak-anak negerinya dan masyarakat di zamannya.”
Luqman adalah contoh ideal untuk sebuah hikmah. Bagi yang bisa mencapai apa yang dicapai Luqman tentu sebuah kenikmatan yang sangat agung dari Allah. Tetapi setidaknya orang tua terus mencoba hingga memiliki pemahaman, ilmu dan cara bertutur sebelum menasehatkan sesuatu bagi anaknya.
“Ini adalah puncak hikmah, karena mencakup analisa terhadap hakekat dirinya sendiri sebelum menganalisa sesuatu yang lain dan sebelum memberi petunjuk bagi orang lain.” (Ibnu Asyur dalam tafsirnya)
Syukur. Sifat mulia yang menjadi kata yang menggabungkan semua makna hikmah yang telah diberikan Allah kepada Luqman. Menjadi orang tua, harus kaya dengan rasa syukur. Pahamilah tema syukur dan hiaskan itu pada diri kita.
Untuk memahami lebih jelas, maka ketahuilah lawan katanya. Kufur: ingkar nikmat. Mengingkari nikmat, sekaligus akan mengingkari Pemberinya. Nikmat yang sesungguhnya besar, tidak terasa nikmat. Sesuatu yang berkurang sedikit, padahal masih dalam batas kenikmatan besar jika dibandingkan dengan orang di bawahnya, tidak terasa nikmat. Apalagi musibah, padahal masih banyak kenikmatan lain dalam hidupnya. Hidup ini serba kurang, gelisah dan keluh kesah. Padahal jika melihat ke bawah, kita masih jauh lebih baik dari kebanyakan orang yang lain. Karenanya Nabi memerintahkan untuk melihat orang yang dibawah kita secara nikmat agar tidak mudah meremehkan nikmat Allah, sekecil apapun.
Bersyukur kepada Allah, kebaikannya tidak dikirimkan kepada Allah yang disyukuri. Tetapi kembali kepada hamba yang bersyukur itu sendiri. {وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ}
“Sesungguhnya manfaat dan pahalanya kembali bagi mereka yang bersyukur.” (Ibnu Katsir dalam tafsirnya)
Kata (فَإِنَّمَا) semakin menguatkan bahwa kebaikannya syukur itu benar-benar hanya kembali kepada hamba yang bersyukur.
Maka, teruslah memupuk rasa syukur agar ilalang keluh kesah itu perlahan layu dan mati. Untuk menumbuhkan berbagai pohon kebaikan yang lebih manfaat.
Hikmah dan Syukur.
Menjadi orang tua yang memiliki hikmah
Dan
Menjadi orang tua yang pandai bersyukur
Semua kebaikannya akan kembali kepada mereka yang memiliki hikmah dan pandai bersyukur. Di antara kebaikan itu adalah anak-anak yang terus bergerak menuju sebuah perubahan yang baik dari hari ke hari. Dengan panduan nasehat-nasehat.
Bukankah itu harapan kita semua?

CERDIK 14 Ajang Asah Matematika bagi Siswa Kelas VII dan VIII - SMP Internat Al Kausar

CERDIK 14 Ajang Asah Matematika bagi Siswa Kelas VII dan VIII - SMP Internat Al Kausar


CERDIK 14; Ajang Asah Matematika bagi Siswa Kelas VII dan VIII

Di posting pada / 2014-10-26

Salah satu program kerja OSIS periode 2014-2015 ini adalah menyelenggarakan lomba-lomba internal baik olah raga, science maupun seni. Salah satu lomba yang digelar pekan ini adalah CERDIK (Cerdas Matematika) sebuah ajang kompetisi bidang Matematika yang dikhususkan bagi siswa putra kelas VII dan VIII.
Ahmad Zufar Ashshiddiqqi selaku ketua panitia kegiatan ini, menyatakan bahwa kegiatan ini dimaksudkan agar pengurus OSIS SMP terbiasa dengan penyelenggaraan sebuah event lomba sehingga dapat memberi pengalaman bagaimana mengatur sebuah acara. Meskipun peserta yang mendaftar hanya 15 orang ujar Zufar, namun alhamdulillah secara umum acara ini berjalana dengan sukses.
Kompetisi ini diawali dengan penyisihan yang diikuti oleh seluruh peserta dengan mengerjakan soal tulis dalam waktu sekitar 30 menit, dari penyisihan ini diambil 4 peserta dengan nilai terbaik.
Di final, tampil Muhammad Rayhan (8), Muhammad Hafizh Ashhabi (8), M Fajar Ramadhan (7), dan Daffa Febryananta A (7). Sistem perlombaan di babak akhir ini berupa cepat tepat, yang dibagi ke dalam 2 sesi yakni soal wajib dan soal rebutan.
Keluar sebagai juara 1 : M Fajar Ramadhan (7), juara 2 : Daffa Febryananta (7), dan juara 3 : M. Hafizh Ashhabi (8). Masing-masing mendapat piala, sertifikat dan uang saku total Rp. 625.000,-



boarding school, islamic boarding school, sekolah islam berasrama, sekolah islam unggul, pondok pesantren, pesantren, pesantren modern, pondok modern

Kamis, 23 Oktober 2014

ARIQ DAN DANISH

















Bismillahhirrahmaanirrahiim


Walau berjarak usia 2 tahun 3 bulan Kaka Ariq dan Danish tidak terlihat berbeda jauh. Karena postur tubuh Danish yang memang tinggi besar membuat mereka terlihat seperti kembar. Duo krucils selalu bersama karena memang mas Zu tinggal di asrama. Jadi jarang bertemu juga ya ..